Dosen Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya (Fapet UB) melakukan pengabdian kepada masyarakat di Desa Wonoagung Kecamatan Kasembon Kabupaten Malang mulai bulan Oktober hingga November 2022. Kegiatan yang diketuai oleh Dr. Tri Eko Susilorini dilakukan bersama tim dosen Fapet dari berbagai minat, seperti Prof. Puguh Surjowardojo, Poespitasari Hasanah Ndaru, M.P., Ria Dewi Andriyani, M.Sc., dan Poppy Satya Puspita, M.Si. Disamping itu mereka juga menggandeng mahasiswa program sarjana (S1), diantaranya Farah Adiningsih, Dina Nuraeni, Ariel Talentasya, dan Nida’ul Husna Imaniah.
Tri Eko dkk mengusung tema “Penguatan Peran Badan Usaha Milik Desa (Bumdes) melalui Produk Olahan Susu Pasteurisasi di Desa Wonoagung”. Menurut Icus (sapaan Tri Eko), mayoritas mata pencaharian penduduk Desa Wonoagung adalah bertani dan beternak sapi perah, dengan kepemilikan 2 hingga 5 ekor ternak per orang. Produksi susu mencapai 55.000 liter per hari yang dikirim ke KUD Ngantang yang selanjutnya ditampung oleh PT. NESTLE Indonesia sebagai Industri Pengolahan Susu (IPS) terbesar di Jawa Timur. Sehingga di sana menjadi salah satu sentra produksi susu di Kabupaten Malang.
Di sisi lain masyarakat Desa Wonoagung juga menggiatkan pemngembangan sektor agrowisata, melalui wisata petik buah seperti pisang, durian, salak, dan mangga. Bumdes berperan penting untuk pengembangan potensi Desa terutama di sektor wisata maupun peternakan.
Namun dalam dua tahun terakhir ini, sektor wisata menurun akibat terdampak wabah covid19. Menyikapi hal tersebut tim dosen dan mahasiswa Fapet UB sebagai akademisi peternakan melakukan upaya untuk mendongkrak perekonomian masyarakat dan menjadi potensi besar dari susu segar yang dihasilkan. Caranya membuat added value dengan melakukan pengolahan produk susu.
“Ekowisata agroindustri merupakan salah satu bentuk integrasi dalam pengembangan sistem ekowisata dan groindustri yang mengoptimalkan pemanfaatan komoditas lokal menjadi produk berdaya saing. Sekaligus sebagai produk unggulan daerah untuk meminimalisir dampak negatif terhadap kegiatan pariwisata yang berkesinambungan serta terstandarisasi.” terang Icus (dta)