Pengelolaan Reproduksi Ternak Sapi Perah Pasca Wabah PMK

Mayoritas fokus peternak pasca wabah penyakit mulut dan kuku (PMK) yang menjangkit ternak kuku belah pada pertengahan tahun 2022 lalu adalah mengembalikan nafsu makan ternak dengan perbaikan kualitas pakan. Akan tetapi belum banyak yang mengetahui bahwa reproduksi memegang peranan penting dalam menentukan produktivitas ternak. Reproduksi merupakan salah satu faktor utama dalam suatu usaha peternakan sapi perah untuk menentukan untung ruginya usaha. Sehingga pengaturan reproduksi harus dikelola dan diperhatikan dengan sungguh-sungguh.

Hal tersebut diungkapkan dosen ahli reproduksi ternak Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya (Fapet UB), Prof. Suyadi. Dia bersama Dr. Tri Eko Susilorini, Wike Andre Septian, M.Si., Muhammad Pramujo, M.Si., dan Poppy Satya Puspita, M.Si. melakukan sosialisasi pengelolaan reproduksi ternak sapi perah pasca wabah PMK kepada peternak di Desa Wonosari, Kecamatan Kasembon Kabupaten Malang. 

Pada kegiatan tersebut mereka menyertakan empat mahasiswa program sarjana (S1), yaitu Guruh Prasetyo, Ibnu Dwi Ramadhani, Yohanes Anugerah, Ilham Firdaus, dan Helmi Rabbani. Suyadi memaparkan permasalahan yang dialami peternak Desa Wonosari antara lain  kurangnya pengetahuan, pemahaman, dan keterampilan mengenai pengelolaan reproduksi pada masa wabah PMK. Serta minim kesadaran dan untuk melakukan recording reproduksi yang dapat digunakan sebagai dasar dalam peningkatan efisiensi reproduksi.

“Kami berharap melalui kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini dapat memecahkan sebagian permasalahan-permasalahan yang berkaitan dengan penanganan reproduksi.” ungkap Dekan Fapet UB itu (dta)