Kelompok kajian Limbah Peternakan dan Teknologi Kompos Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya (Fapet UB) mengadakan pengabdian kepada masyarakat melalui pelatihan online, Sabtu (23/10/2021). Tim terdiri dari Heni Setyo Prayogi, M.Asc (ketua), beranggotakan Nur Cholis, M.Si, Dr. Ita Wahyu Nursita, Dr. Edhy Sudjarwo, Dr. Muharlien, dan Dr. Dyah Lestari Yulianti.
Mereka mengusung materi “Pengelolaan Pupuk Organik dengan Teknologi Dekomposer”. Pelatihan ini diperuntukan bagi mahasiswa dan alumni peternakan dan pertanian dari seluruh perguruan tinggi di Indonesia, masyarakat umum yang berminat untuk mengelola pupuk organik dengan teknologi dekomposer, dan kelompok peternak/petani di Kabupaten Malang.
Narasumber kegiatan ialah Heni Setyo Prayogi, M.ASc. dan Arianda Dwi Wanto, S.Pt. (Direktur Utama PT. Tiara Kurnia) yang bergerak di bidang Produksi Pupuk Organik. Materi disajikan dalam bentuk video, power point, dan foto-foto. Kemudian peserta diberikan pre-test sebelum acara dan post test pada akhir acara untuk mengevaluasi wawasan.
Pada kesempatan itu Heni memaparkan teknologi dekomposer pada pengelolaan limbah peternakan. Menurutnya limbah peternakan memiliki potensi untuk dimanfaatkan menjadi pupuk karena mengandung banyak bahan organik. Proses degradasi bahan organik oleh mikroorganisme menjadi pupuk organik disebut dekomposisi. Pada proses ini dapat dipercepat dengan penambahan starter/effective microorganisme, yang menghasilkan pupuk kompos bokhasi.
Bahan baku pupuk bokashi terdiri dari sisa tanaman, kotoran ternak, sampah dapur atau campuran material organik lainnya. Pupuk bokashi dibuat dengan memanfaatkan aktivitas mikroorganisme efektif (EM4) sebagai dekomposernya yang mengandung mikroba lactobacillus, ragi, bakteri fotosintetik , actynomycetes dan, jamur pengurai selulosa.
“Teknologi EM4 (dekomposer) adalah teknologi budidaya pertanian untuk meningkatkan kesehatan dan kesuburan tanah dan tanaman dengan menggunakan mikroba yang bermanfaat bagi pertumbuhan tanaman. Sebab EM4 berfungsi untuk memfermentasi bahan organik tanah menjadi senyawa yang mudah yang mudah diserap oleh tanaman.” jelas Heni
Sementara itu narasumber Arianda Dwi Wanto, S.Pt., menyampaikan bahwa industri pengelolaan pupuk organik memiliki prospek sangat baik ke depan guna memperbaiki struktur fisik, kimia, dan biologi lahan pertanian di Indonesia. Manfaat pengelolaan limbah peternakan menjadi pupuk organik adalah memperbaiki unsur tanah menjadi subur, mikroba dapat menguraikan bahan-bahan organik yang terkandung di dalam pupuk dan tanah, mengurangi kandungan racun yang terkandung dalam hasil panen pertanian, tanah menjadi gembur dan subur. (dta)