Kelompok Kajian dari Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya (Fapet UB) bernama Community and Livestock Studies Research Group (CLSRG) melakukan pengabdian kepada masyarakat di Desa Benowo, Kediri – Jawa Timur. Tim terdiri dari Dr. Achadiah Rachmawati sebagai ketua, beranggotakan Dr. Rositawati Indrati, Dr. Siti Azizah, Dr. Irfan H. Djunaedi, dan Anif Mukaromah Wati, M.Sc.
Tema yang diusung adalah ”Minimalisasi Penjarahan Hasil Hutan Bukan Kayu melalui Penguatan Kelembagaan dan Intensifikasi Peternakan Kambing dan Domba di Buffer Zone Cagar Alam Besowo, Kediri”. Kegiatan itu melibatkan Perhutani Kabupaten Kediri, Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Ekosistem (BBKSDAE) Jawa Timur, Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) Wonoasri, Kelompok Masyarakat Tjoelanggi Besowo, dan kelompok peternak domba Rojomulyo.
Dr. Achadiah menuturkan mayoritas mata pencaharian penduduk di sana melingkupi bidang pertanian dan peternakan. Namun permasalahan yang sering muncul berkaitan dengan cagar alam adalah penjarahan Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK), seperti daun sengon dan hijauan dalam wilayah konservasi untuk pakan ternak kambing dan domba.
“Peternakan merupakan usaha sampingan sebagian besar dari penduduk Desa Besowo, akan tetapi pakan ternak belum diupayakan secara intensif dan serius, hanya mengandalkan sumber daya hutan saja.” ungkap Achadiah
Permasalahan tersebut melibatkan beberapa pihak, karena Cagar Alam Besowo Gadungan merupakan kawasan yang dikelola Perhutani yang dikelilingi kawasan hutan lindung dan kawasan hutan produksi.
Oleh karenanya Achadiah dkk memberikan penyuluhan tentang pencatatan dan pengaturan perkawinan ternak. Serta beberapa materi seperti bank pakan dan pelatihan pembuatan silase dari limbah pertanian yang disampaikan oleh Dr. Irfan. Pemeliharaan kesehatan dan penyakit pada kambing domba oleh Dr. Rositawati, pengetahuan kelembagaan oleh Dr. Siti Azizah dan Anif Mukaromah, M.Sc.
Disamping itu mereka juga memberikan bantuan pada kelompok ternak Rojomulyo berupa pencukur bulu elektrik dan bibit hijauan pakan indigofera. Harapannya peternak akan lebih memperhatikan kebutuhan pakan ternak secara intensif. Sehingga kecukupan nutrisi ternak terpenuhi tanpa merusak cagar alam. (tim/dta)