Fapet Journal

Portal the most complete Animal Science Journals produced by Lecturers in the Faculty of Animal Science, Brawijaya University.

Tracer Study

The results of the tracer study to improve the quality of the internal and external fapet UB. We absolutely guarantee the confidentiality of the information provided.

Download Form

Collection of Faculty of Animal Husbandry Forms.

Penerbit

Penerbit Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya

Admin SIMITA

Information System for Specialization and Final Project.

Complaint

Complaints that are submitted will be conveyed to related work units through the leadership of Universitas Brawijaya. All complaints will be managed by PIDK (Information, Documentation and Complaints Center).

Repository

A collection of journal manuscripts for undergraduate students of Faculty of Animal Science, Brawijaya University.

PKKMABA

Information Portal for Introduction to Campus Life.

Fapet UB Slides

PowerPoint templatesto boost your presentations

Kuesioner Tracer Study Bagi Stakeholders

Survey ini digunakan sebagai bahan evaluasi kinerja lulusan serta wujud nyata untuk meningkatkan mutu lulusan.

Laporan Tracer Study

Tracer Study laporan dari tahun 2016, 2017 dan 2018

Informasi Seminar Hasil

Informasi Seminar Hasil terbaru mahasiswa program Sarjana Peternakan Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya

Dosen Fapet UB Turut Andil Bahas SIKOMANDAN 2022 untuk Tingkatkan Produktivitas Sapi dan Kerbau

Dosen Fapet UB Turut Andil Bahas SIKOMANDAN 2022 untuk Tingkatkan Produktivitas Sapi dan Kerbau

Senin, 17 Januari 2022
Oleh : Humas FapetUB

Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Pertanian menerbitkan peraturan mengenai Upaya Khusus Percepatan Peningkatan Populasi Sapi dan Kerbau Bunting (UPSUS SIWAB). Namun pada tahun 2020 berganti nama menjadi Sapi Kerbau Komoditas Andalan Negeri yang disingkat SIKOMANDAN.

Tujuannya untuk meningkatkan produktivitas sapi dan kerbau yang menjadi andalan ternak penghasil daging. Dengan cara melakukan introduksi inseminasi buatan (IB) pada sapi dan kerbau betina produktif. Sehingga dapat meningkatkan populasi sapi dan kerbau guna memenuhi kebutuhan masyarakat akan protein hewani dari daging dan susu. Sekaligus meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan peternak.

Membahas program tersebut Direktur Jenderal Peternakan mengadakan pertemuan bersama Direktorat Perbibitan Dirjen Peternakan, para pimpinan Balai Inseminasi Buatan (BIB) nasional dan daerah, serta praktisi dari perguruan tinggi yaitu perwakilan Institut Pertanian Bogor (IPB) dan Universitas Brawijaya (UB). Acara dilakukan secara luring sesuai protokol kesehatan, Kamis (13/01/2022) guna membicarakan kesediaan dan distribusi semen beku.

Pada pertemuan itu turut hadir dosen Fakultas Peternakan (Fapet) UB, Prof. Trinil Susilawati. Beliau memberikan arahan dalam pelaksanaannya yang perlu diperhatikan adalah keberhasilan IB bukan hanya distribusi semen beku. Selain itu sosialisasi dan edukasi pada kepala dinas daerah tentang pentingnya IB menggunakan sapi lokal.

Mengingat rata-rata servis perconseption di Jawa Timur (provinsi terbanyak sapi potong) menunjukkan angka kegagalan yang tinggi kebuntingan pada sapi persilangan Limousin dan Simental, meski telah dilakukan IB lebih dari dua kali.

“Kegagalan itu disebabkan tingginya kandungan darah sapi limousine, akibat indukan (sapi PO) yang disilangkan dengan sapi limousine sehingga darah dalam pedet sebesar 75% adalah darah limousine. Selain itu pakan yang diberikan dibawah standar.” jelas Trinil

“Kombinasi kedua faktor tersebut mengakibatkan korpus luteum persisten, folikel sistik, dan kematian embrio dini.” lanjutnya

Oleh karena itu diharapkan kebijakan penyediaan pejantan unggul sapi lokal dan semen beku sapi lokal yaitu jenis Brahman, Ongole, Bali dan lainnya yang mampu beradaptasi pada suhu panas/tropis dan pakan kualitas yang rendah. Penggunaan semen beku untuk IB diperlukan nitrogen cair untuk mengencerkan, namun untuk daerah yang tidak ada nitrogen cair dapat menggunakan semen cair.

“Kemudian untuk daerah yang pemeliharaan ternak dilepas di padang penggembalaan (ekstensif), agar dilakukan sistem perkawinan secara alam (INKA) tidak memaksakan menggunakan IB. Sedangkan pada pemeliharaan dikandang (intensif) selain IB bisa diintroduksi program twinning (anak kembar), dengan demikian diharapkan dapat mempercepat peningkatan populasi dan produksi daging sapi nasional.”pungkasnya (nien/dta)

 

 

Posted in Berita, SDG02, SDG12