Dosen dan Mahasiswa UB Olah Limbah Kulit Kopi di Kabupaten Bondowoso untuk Pakan Ternak

Kabupaten Bondowoso yang terletak di Provinsi Jawa Timur merupakan penghasil kopi. Hampir 30 persen perkebunan disana ditanami kopi, salah satunya Desa Sukorejo sebagai daerah penyangga Kawah Ijen yang menghasilkan kopi arabika. Rata-rata petani dapat memanen dua hingga tiga ton dalam satu kali periode.

Namun sayangnya hasil melimpah ini menyebabkan penumpukan limbah kulit kopi yang dapat mencemari polusi udara dan lingkungan. Bahkan bisa membuat kematian pada pohon kopi itu sendiri jika dibiarkan menumpuk di area perkebunan.

Disisi lain Pemerintah Bondowoso telah menegur para petani akan kondisi lingkungan terkini. Sebab berdampak pada penilaian asesor UNESCO terhadap Ijen Geopark. Akibat masyarakat yang tidak dapat memanfaatkan atau mengolah limbah kulit kopi.

Hal tersebut disampaikan oleh Ketua Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) Desa Sukorejo kepada Dosen Universitas Brawijaya (UB), Senin (4/7/2022). Tim doktor mengabdi yang terdiri dari dosen dan mahasiswa UB ini memberikan solusi dengan memanfaatkan limbah kulit kopi sebagai pakan ternak. Akan tetapi perlu pengolahan khusus agar mendapat kandungan nutrisi yang diperlukan oleh ternak.

Mereka terdiri dari Prof. Ir. Hendrawan Soetanto, M.Rur.Sc.Ph.D (Fakultas Peternakan), Asri Nurul Huda, S.Pt, M.P.,M.Sc (Fakultas Peternakan), drh. Viski Fitri Hendrawan M.Vet, (Fakultas Kedokteran Hewan), Dr. Rita Parmawati, SP., ME (Fakultas Pertanian), dan Dr. Suhartini, MP (Sekolah Pascasarjana). Melibatkan empat mahasiswa Fakultas Teknologi Pertanian & Agroteknologi Pertanian dan lima mahasiswa Fakultas Peternakan yang mengikuti program kuliah kerja nyata tematik (KKN-T).

Prof. Hendrawan selaku ketua tim menjelaskan kulit kopi umumnya memiliki kandungan serat yang cukup tinggi sehingga menurunkan nilai kecernaan pakan. Inovasi yang akan dilakukan tim ialah mengolah dengan penambahan alkali dalam bentuk NaOH kemudian diinkubasi selama 7 hari. Lalu hasil tersebut akan meningkatkan nilai kecernaan hingga tiga kali lipat dari kulit kopi yang tidak diberi perlakuan.

“Pendampingan ini bertujuan untuk mengurangi limbah kulit kopi, melestarikan lingkungan, sekaligus meningkatkan nilai ekonomis kulit kopi. Sehingga petani mendapatkan keuntungan dari biji dan kulitnya.” tutur Hendrawan (izzu/dta)