Pada proses inseminasi buatan pemakaian sperma (semen) beku dapat membantu meningkatkan keberhasilan reproduksi pada ternak, seperti sapi, kambing, dan domba. Semen beku adalah semen yang telah dikelola dan disimpan pada suhu sangat rendah sehingga dapat bertahan lama tanpa mengalami kehilangan kualitas.
Akan tetapi penggunaan semen beku dapat menyebabkan spermatozoa mengalami kematian sebanyak 30% selama pembekuan, sedangkan yang bertahan hidup mempunyai fertilitas yang rendah. Hal ini disebabkan karena proses pembekuan spermatozoa memberikan efek kerusakan pada bagian akrosom dan bagian ekor. Penurunan suhu saat pembekuan menyebabkan terjadinya ketidakseimbangan osmotik dan terbentuknya kristal es, yang membuat membran sel menjadi rapuh dan mudah rusak.
Pernyataan tersebut diungkap oleh Dosen Fakultas Peternakan Universitas Papua (Fapet Unipa), Angelina Novita Tethool, S.Pt.,M.Si. melalui penelitian berjudul “Kerusakan Struktur, Fungsi Spermatozoa Dan Kualitas Semen Sapi Bali Setelah Proses Pembekuan”. Dia melakukan analisis perubahan kualitas semen serta kerusakan struktur dan fungsi spermatozoa setelah proses pembekuan pada semen sapi Bali. Menurutnya upaya pengembangan sapi Bali perlu ditingkatkan, sebab sapi lokal ini memiliki potensi sangat baik dan berbagai keunggulan.
Penelitian dilaksanakan dua tahapan, tahap pertama untuk pengamatan kualitas semen, kerusakan membran, proses pengenceran dan pembekuan semen yang dilangsungkan di laboratorium Balai Besar Inseminasi Buatan (BBIB) Singosari. Selanjutnya tahap kedua melakukan pengamatan perubahan fungsi spermatozoa melalui kapasitasi dan reaksi akrosom di laboratorium Reproduksi Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya (Fapet UB).
Berdasarkan penelitian disimpulkan kualitas semen yang terdiri dari motilitas, viabilitas, tudung akrosom utuh mengalami penurunan, sedangkan abnormalitas dan kerusakan kromatin mengalami peningkatan setelah proses pembekuan. Namun dengan waktu pendinginan selama empat jam memberikan hasil yang lebih baik setelah pembekuan, serta lebih tinggi terhadap keutuhan membran dan spermatozoa yang mengalami pembekuan sekaligus memiliki permukaan membran yang tidak merata dan pecah.
Penelitian dosen ahli fisiologi reproduksi ternak itu merupakan riset disertasi untuk mendapatkan gelar Doktor (Dr.) usai menempuh pendidikan Program Pascasarjana Program Doktor Ilmu Ternak di Fapet UB. Ujian disertasi terbuka diselenggarakan di ruang sidang utama lt.6 Gd.V, Kamis (29/12/2022). Komisi pembimbing terdiri dari Prof. Trinil Susilawati, Prof. Gatot Ciptadi, dan Prof. Sri Wahjuningsih. Sedangkan dosen penguji antara lain Prof. Muhammad Nur Ihsan (Fapet UB), Prof. Nurul Isnaini (Fapet UB), Dr. Kuswati (Fapet UB), dan Prof. Herry Agoes Permadi (Universitas Airlangga). (dta)