Cacing tanah (lumbricus rubellus) merupakan hewan pengurai yang memiliki beberapa kelebihan. Antara lain memiliki kandungan protein diatas 70%, bernilai ekonomis tinggi, dan dapat mengurai kotoran ternak dalam waktu 2-3 hari untuk menjadi pupuk kompos yang memiliki kualitas tinggi. Kemampuannya mengurai zat organic dalam kotoran ternak dalam waktu cepat, menjadikan memelihara cacing tanah disekitar kandang sapi membuat kandang menjadi tidak bau dan lebih bersih.
Hal itu disampaikan oleh dosen Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya (Fapet UB) Dr. Hermanto, ketika menjadi narasumber dalam pelatihan budidaya cacing tanah, Sabtu (23/10/2021). Kegiatan yang diberikan kepada peternak sapi potong di Desa Senggreng, Sumber Pucung, Kabupaten Malang tersebut diselenggarakan oleh Research Group Red Meat Producers yang bekerja sama degan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Malang. Tim yang terlibat diantaranya Dr. Kuswati, Rizki Prafitri, Ph.D, Asri Nurul Huda, M.Sc, Aulia P.A.Y., M.Sc, dan Prof. Trinil Susilawati.
Menurut Hermanto, pemeliharaan cacing tanah juga memberikan potensi keutungan secara ekonomis. Yaitu penjualan cacing tanah serta pupuk kompos yang dikenal dengan nama KASCING (Bekas Cacing). Cacing tanah dapat dijual untuk menjadi bahan kosmetik, obat, dan juga bahan utama pakan ikan.
Pangsa pasar penjualan cacing sebagai paka ikan dapat dilakukan dengan menggandeng kerjasama kelompok perikanan yang berada di Desa Senggreng. Sementara KASCING yang berkualitas tinggi dapat dijual kepada petani disekitar atau dapat digunakan sendiri untuk meningkatkan kualitas produksi pertanian yang dimiliki.
“Kami berharap melalui penyuluhan budidaya cacing pada usaha ternak sapi potong dapat diaplikasikan oleh peternak. Sehingga memberikan manfaat baik secara lingkungan serta manfaat ekonomis bagi peternak.” pungkas Hermanto (RP/dta)