suasana diskusi mahasiswa Fapet UB dan UPM
Dalam rangka menuju daya saing ASEAN, Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya jalin kerjasama dengan Fakulti Pertanian Jabatan Sains Haiwan (jurusan peternakan) Universiti Putra Malaysia (UPM). Bentuk kerjasama tersebut diantaranya research collaboration, lecture exchange, dan student exchange. Salah satu bentuk kegiatan student exchange, pada pertengahan bulan Februari lalu UPM mengirimkan 6 orang mahasiswa program Sarjana (S1) untuk melakukan kegiatan magang selama 3 bulan.
Dibawah bimbingan Dr.Ir. Marjuki, M.Sc, selaku bagian Kerjasama Internasional Fapet UB, mereka akan melakukan kegiatan magang di beberapa tempat diantaranya di Fapet UB, Balai Besar Pelatihan Peternakan (BBPP) di Songgoriti, Batu, dan Loka Penelitian Sapi Potong Grati (Lolit Sapo) di Grati, Pasuruan. Selama di BBPP Songgoriti kelompok mahasiswa UPM ini mempelajari tentang manajemen pemeliharaan sapi perah dan kambing perah serta sapi potong, dan pengolahan limbah ternak. Sementara itu di Lolit Sapo, diajarkan tentang reproduksi sapi potong, koleksi semen, evaluasi dan penggunaannya serta menajemen pemeliharaan sapi potong.Sedangkan kegiatan magang di Fapet UB mereka mendapatkan materi tentang kondisi peternakan di Indonesia khususnya di sekitar lokasi kegiatan, kunjungan, dan pengamatan usaha peternakan.
Kegiatan magang ini telah berakhir pada akhir bulan April lalu, kemudian kelompok mahasiswa UPM ini mempresentasikan hasil kegiatan dan berdiskusi bersama mahasiswa Fapet UB dalam suatu acara seminar yang dilaksanakan pada Senin (9/5). Menurut Izzuddin, salah satu peserta magang, ini adalah pengalaman luar biasa dan banyak hal yang dipelajari, terutama yang tidak ditemukan di Malaysia. Misalnya jenis ternak sapi potong di Indonesia lebih beragam, mulai dari sapi brahman, madura, bali, limosin, PO (peranakan ongole) sedangkan di Malaysia yang terkenal adalah jenis sapi kedah kelantan. Selain itu limbah ternak di Malaysia diabaikan dan dibuang begitu saja, sementara di Indonesia limbah ternak diproses dan dimanfaatkan terutama untuk biogas dan pupuk bio-urine. Teknik pengolahan limbah di Lolit Sapo yang membiarkan kotoran menumpuk di kandang untuk diinjak-injak sapi tujuannya agar cepat hancur dan terfermentasi menjadi pupuk. Secara harfiah tumpukan kotoran dapat menyebabkan sapi sakit namun apa yang dipraktekkan di Grati selama ini tidak ditemukan sapi yang sakit.
Sebelum terbang kembali ke Malaysia mereka diajak untuk sejenak refreshing menikmati keindahan alam Malang, berwisata belanja dan mendaki gunung Bromo.
“Mereka sangat cepat beradaptasi dan berkomunikasi dengan masyarakat sekitar. Sangat antusias dan bersemangat ikut aktif dalam melaksanakan kegiatan.” papar Marjuki (dta)