Perubahan iklim menjadi perhatian serius bagi masyarakat, terutama dalam sektor agrokompleks. Peningkatan suhu yang fluktuatif dan perubahan pola curah hujan yang sulit diprediksi telah menimbulkan tantangan besar, mengancam kelangsungan sektor pertanian dan peternakan. Dalam upaya menghadapi dampak ini, Muchamad Muchlas, Dosen Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya, bersama dua mahasiswa bimbingannya, Razzaqi Hatmawira dan Yehezkiel Reynard Wibowo, telah berhasil menciptakan inovasi yang diberi nama ECOGRASS.
Muchlas, yang saat ini tengah mengejar program doktoral di Chonnam National University, menemukan bahwa paparan cekaman kekeringan ringan pada tanaman dapat menghasilkan karakteristik yang unggul, terutama toleransi terhadap kekeringan. “Tanaman yang diberikan paparan cekaman ringan (mild drought priming) dapat mengubah kode genetiknya melalui modulasi genetic imprinting, dimana memori stres yang muncul akibat paparan cekaman ringan dapat membuat tanaman lebih siap dalam menghadapi paparan cekaman kekeringan yang mendatang” ungkap Muchlas.
Bekerjasama dengan Razzaqi Hatmawira (Peternakan/2022) dan Yehezkiel Reynard Wibowo (Teknik Elektro/2022), mereka merancang “ECOGRASS,” sebuah sistem manajemen yang dapat mensimulasikan kejadian mild drought priming untuk meningkatkan resistensi tanaman hijauan pakan ternak di musim kemarau.
Dari kanan: Yehezkiel Reynard (Teknik Elektro/2022),
Dr. Ir. Eko Widodo, M. Agr. Sc. (Wakil Dekan III, Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya), Razzaqi Hatmawira (Peternakan/2022)
ECOGRASS: Solusi Canggih Berbasis Internet of Things
ECOGRASS adalah solusi inovatif berbasis Internet of Things (IoT) yang dapat memonitor status dan kesehatan tanaman pakan melalui serangkaian sensor komprehensif. Dilengkapi dengan aktuator khusus, sistem ini dapat membatasi jumlah pemberian air pada tanaman selama beberapa hari, menerapkan perlakuan mild drought priming.
Yehezkiel Reynard Wibowo, perancang utama dari sistem ECOGRASS, menjelaskan, “ECOGRASS tidak hanya memberikan pemantauan, tetapi juga secara aktif mengelola lingkungan tanaman untuk menciptakan kondisi yang memicu toleransi terhadap kekeringan. Ini dapat meningkatkan ketersediaan hijauan segar bagi peternak rakyat di masa sulit seperti musim kemarau panjang.”
Gambar Prototipe ECOGRASS
Prestasi dan Rencana Masa Depan
Prototipe ECOGRASS telah mencapai tahap pengembangan yang signifikan dan bahkan berhasil meraih medali perak dalam 1st International Paper Competition Fakultas Sains dan Teknologi UIN AR-Raniry Riau secara online. Razzaqi Hatmawira, ketua tim ECOGRASS, menyatakan harapannya untuk lebih menyempurnakan prototipe ini guna mencapai tujuan utama, yaitu membantu para peternak rakyat yang mengalami kesulitan mendapatkan hijauan segar.
Dengan terobosan ini, Muchamad Muchlas dan timnya berharap dapat memberikan kontribusi positif dalam menghadapi tantangan perubahan iklim di sektor agrokompleks. Inovasi seperti ECOGRASS menunjukkan bahwa kolaborasi antara dosen dan mahasiswa dapat menghasilkan solusi cerdas yang mendukung keberlanjutan pertanian dan peternakan di masa yang penuh tantangan ini.(dfh)