Fapet Journal

Portal the most complete Animal Science Journals produced by Lecturers in the Faculty of Animal Science, Brawijaya University.

Tracer Study

The results of the tracer study to improve the quality of the internal and external fapet UB. We absolutely guarantee the confidentiality of the information provided.

Download Form

Collection of Faculty of Animal Husbandry Forms.

Penerbit

Penerbit Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya

Admin SIMITA

Information System for Specialization and Final Project.

Complaint

Complaints that are submitted will be conveyed to related work units through the leadership of Universitas Brawijaya. All complaints will be managed by PIDK (Information, Documentation and Complaints Center).

Repository

A collection of journal manuscripts for undergraduate students of Faculty of Animal Science, Brawijaya University.

PKKMABA

Information Portal for Introduction to Campus Life.

Fapet UB Slides

PowerPoint templatesto boost your presentations

Kuesioner Tracer Study Bagi Stakeholders

Survey ini digunakan sebagai bahan evaluasi kinerja lulusan serta wujud nyata untuk meningkatkan mutu lulusan.

Laporan Tracer Study

Tracer Study laporan dari tahun 2016, 2017 dan 2018

Informasi Seminar Hasil

Informasi Seminar Hasil terbaru mahasiswa program Sarjana Peternakan Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya

Fapet dan Dinas Peternakan Jatim Bahas Pengembangan Sapi Madura dan Kambing Pote

Fapet dan Dinas Peternakan Jatim Bahas Pengembangan Sapi Madura dan Kambing Pote

Jumat, 4 Februari 2022
Oleh : Humas FapetUB

Kepala Dinas Peternakan Jawa Timur, Ir. Indyah Aryani, M.M. beserta tim mengunjungi Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya (Fapet UB), Jumat (4/2/2022). Lawatan tersebut dalam rangka membahas strategi pengembangan sapi madura dan rencana mematenkan kambing pote sebagai rumpun unik.

Dekan Fapet UB, Prof. Suyadi mengatakan sapi madura merupakan salah satu plasma nutfah yang bernilai tinggi untuk wilayah Jawa Timur. Karena sapi madura memiliki keunggulan, mudah dipelihara dengan pakan sederhana, mudah beradaptasi dengan lingkungan, dan mampu beradaptasi dengan pakan kualitas rendah. Meski bertahan dibawah cekaman cuaca panas, sapi madura tetap mampu  tumbuh dan bereproduksi normal, serta tahan terhadap serangan penyakit parasit tropis.

“Hal tersebut menjadi poin luar biasa yang sangat berpotensi apabila dilakukan pengembangan sapi madura.” ujar Dekan Fapet selama dua periode itu

Pada umumnya sapi madura berfungsi sebagai sapi potong atau sapi yang memproduksi daging. Sedangkan di pulau Madura sendiri, selain menjadi sapi pedaging sapi asli Indonesia itu menjadi tujuan budaya. Seperti sapi kerapan (cattle race) untuk sapi pejantan, sapi keindahan (sonok) untuk sapi betina, dan sapi hiasan (tajek) untuk sapi yang masih kecil.


sapi madura

Pasalnya melekat budaya masyarakat Madura jika memiliki sapi madura yang berkualitas bagus dari segi budaya maka dapat menaikan nilai jual dan menjadi kebanggaan tersendiri.

“Oleh karena itu bangsa sapi madura harus dilestarikan dan dikembangkan, untuk melindungi genetik aslinya. Karena apabila sudah disilangkan dengan bangsa lain maka nilai-nilainya sudah berbeda. Sehingga fungsinya hanya akan menjadi sapi pedaging saja.” terang Prof. Suyadi, pakar reproduksi ternak

Beliau menambahkan cara melestarikan bangsa sapi madura adalah membuka persepsi masyarakat dengan edukasi tentang keunikan, value, dan potensi peluang mengembangkan sapi madura. Serta memberikan penghargaan nilai bagi bibit, pejantan, dan betina yang bagus melalui event-event nasional.

Pembahasan selanjutnya mengenai kambing pote yang berkembang di Kecamatan Arosbaya, Kabupaten Bangkalan, Madura. Kambing berpopulasi 3000 ekor itu mampu beradaptasi di dataran rendah dan menghasilkan susu antara 700 ml – 800 ml per hari per ekor. Padahal sebagian besar kambing perah hidup di dataran tinggi yang berhawa sejuk.

Kondisi ini dinilai Prof. Suyadi menjadi keunikan sekaligus peluang yang luar biasa untuk dikembangkan menjadi kambing perah dataran rendah. Akan tetapi diperlukan penelitian untuk menelusuri persilangan awal kambing sehingga ditemukan genetik aslinya.

Dekan Fapet UB berfoto dengan kambing pote

“Secara fisik kambing pote ini nampak hasil persilangan dari beberapa bangsa kambing. Seperti kambing sanen (impor), kambing senduro, kambing peranakan ettawah, dan kambing kacang.” jelasnya

“Maka dari itu kita dari akademisi perlu melakukan penelusuran persilangan awal dan tujuan awal persilangan tersebut.  Serta melihat daya kemampuan reproduksi dan mempelajari sifat-sifatnya. Apabila karakteristik genetiknya sudah diketahui dan sudah dipahami, maka kami akan mengajukan paten pembentukan rumpun baru untuk kambing pote ini melalui Kementerian Pertanian.” lanjutnya (suyadi/dta)

 

 

 

Posted in Berita, SDG08