Dusun Merak, Desa Sumberwaru, Kabupaten Situbondo yang berada dalam kawasan Taman Nasional Baluran termasuk daerah terpencil. Dimana listrik hanya menyala pada malam hari dan harga kebutuhan sehari-hari lebih mahal. Sebab diperlukan penambahan biaya akomodasi untuk pengiriman.
Populasi penduduknya berjumlah sekira 846 jiwa yang sebagian besar berprofesi sebagai peternak sapi. Jumlah ternak sapi mencapai 2.600 ekor yang diternak menggunakan sistem gembala. Yaitu melepaskan sapi untuk mencari pakan secara mandiri. Seorang peternak harus berjalan kaki sejauh 10 KM untuk menggembala 20 ekor sapi ke dalam hutan tiap hari.
Masuknya ribuan sapi ke Taman Nasional Baluran menyebabkan adanya perubahan hewan liar yang mengancam perkembangan mereka. Disamping itu kotoran sapi yang menumpuk menimbulkan polusi udara dan menjadi sumber penyakit.
Padahal menurut Dosen Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya (FTP UB), Dr. Anang Lastriyanto, limbah kotoran sapi berpotensi menjadi sumber energi biomassa, apabila diolah menjadi biogas. Biogas dapat digunakan untuk keperluan dapur rumah tangga masyarakat Dusun Merak, sehingga dapat mengurangi pengeluaran kebutuhan.
Dr. Anang melakukan inisiasi biogas bersama tim Doktor Mengabdi yang terdiri dari Dr. Dimas Firmanda Al Riza (FTP), Anggun Trisnanto Hari Susilo, Ph.D. (FISIP), dan Dr. Nanang Febrianto (Fakultas Peternakan), Sabtu (30/10/2021).
“Transfer teknologi ini berpotensi untuk mendorong masyarakat untuk lebih maju dan diharapkan dapat menyelesaikan beberapa permasalahan sosial.” ujar Anang
Pemberdayaan masyarakat desa terpencil ini dilaksanakan dengan sinergi berbagai pemangku kepentingan di wilayah tersebut, yaitu Pengelola Balai Taman Nasional Baluran dan Pemerintah Daerah Kabupaten Situbondo. Sinergi tersebut dilakukan secara swadana dan swakelola serta dilakukan terus menerus setiap tahun sesuai kebutuhan manajemen pengolaan sapi yang populasinya sangat tinggi.
Melalui kegiatan ini diharapkan dapat mengembangkan Taman Nasional Baluran dengan prinsip Sustainable, secara tidak langsung turut melestarikan alam. Disisi lain industri pariwisata masih tetap bisa berlanjut melalui ternak kandang dan biogas, sehingga mampu meningkatkan perekonomian daerah. (dta)