Talkshow HSN : Bersama Susu Ciptakan Wirausahawan yang Sehat dan Cerdas

Memperingati Hari Susu Nusantara (HSN) yang ditetapkan pada tanggal 1 Juni, Eksekutif Keluarga Mahasiswa (EKM) Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya Kediri mengadakan talkshow melalui zoom meeting, Minggu (6/6/221).

Mengusung tema “Bersama Susu Ciptakan Wirausahawan yang Sehat dan Cerdas” acara tersebut mengundang beberapa narasumber ahli susu. Diantaranya Prof. Dr. Ir. Puguh Surjowardojo, M.P. (Wakil Direktur PSDKU Universitas Brawijaya Kediri, Dosen Fapet UB, Penulis Buku Aneka Ternak Perah), Ir. Sulistyanto, MM. (Ketua KPSP Setia Kawan, Nongkojajar, Pasuruan dan Ketua Gabungan Koperasi Susu Indonesia), serta Rifa’i, S.Pt., M.Pt (Dosen Fapet Universitas Kahuripan Kediri sekaligus CO-Founder Teramaggo Farm).

Ketua EKM, Rafif menyampaikan harapannya terselenggaranya talkshow ini dapat membangkitkan mahasiswa menjadi wirausahawan susu yang kreatif. Sebab selain memiliki nutrisi yang sangat baik untuk tubuh, susu juga bisa diolah menjadi berbagai macam penganan maupun minuman. Seperti yoghurt, kefir, keju, dadih, dali, susu kental manis, susu bubuk, susu goreng, stik susu, dan sebagainya.

Prof. Puguh mengatakan, secara sederhana susu mengandung air, karbohidrat, protein, lemak, mineral, dan vitamin. Sedangkan komponen alami susu terdiri dari 87,5% air; 12,5% solid; 3,5% lemak; 9% solid non fat; 3,3% protein; 2,8% casein; 0,5% whey protein/albumin; 4,6% lactose; 0,8% mineral, 0,3% miscellaneous, organic acids, dan vitamin.

“Susu adalah nature’s most perfect food untuk tumbuh, kembang, dan recovery sel baik untuk manusia maupun ternak.” jelas Puguh

Selanjutnya dia menyampaikan tips penyimpanan susu, yaitu simpan dalam keadaan tertutup dengan suhu 4-5 derajat celcius, cek kadaluarsa susu, konsumsi susu cair dalam kemasan yang telah terbuka di hari yang sama, dan pastikan tidak mengkonsumsi susu yang telah dibuka lebih dari lima hari.

Namun menurut Ir. Sulistiyanto, peluang bisnis susu di Indonesia belum dapat berkembang sebab 78% susu segar masih impor. Hal itu dikarenakan kurangnya pengetahuan manajemen ternak, kurangnya persediaan pakan hijauan dan konsentrat, pengadaan bibit unggul, skala kepemilikan, penerapan pembaharuan teknologi di kandang, kemampuan SDM peternak/ staf, manajemen pemasaran, regenerasi peternak/staf, peran pemerintah, serta rendahnya daya konsumsi masyarakat akan susu.

“Kita sebagai pelaku peternakan mari bersama-sama mengatasi kendala tersebut, sehingga dapat mewujudkan ketahanan susu nasional dan meminimalisir impor susu.” paparnya (dta)