Dewasa ini kebutuhan daging sapi di pasar Indonesia, hanya sebesar 67% dapat dipenuhi oleh peternak lokal sedangkan 33% masih mengandalkan impor. Upaya untuk menanggulangi permasalahan tersebut ialah meningkatkan produksi ternak lokal dengan mengoptimalkan kawasan-kawasan baru yang berpotensi. Provinsi Nusa Tenggara timur (NTT) merupakan wilayah yang dapat diandalkan dalam memenuhi permintaan ternak sapi potong lokal. Salah satunya kawasan hulu Daerah Aliran Sungai (DAS) Benain-Noelmina di wilayah Timor Barat, NTT .
Kawasan tersebut secara spesifik memiliki potensi sumber daya alam dan sumber daya manusia (peternak) yang mendukung, seperti sebaran kelerengan kawasan antara 15%-40%. Sementara itu peternak menggunakan sistem pemeliharaan lepas dan ikat serta strata pemilikan yang bervariasi. Variasi fisik kawasan dan penerapan sistem pemeliharaan yang berbeda menyebabkan tipe usaha ternak sapi potong menarik untuk dikaji. Khususnya mengenai efisiensi dan daya saing usaha ternak sapi potong yang berlangsung di kawasan tersebut.
Berangkat dari latar belakang tersebut Ir. Agus Arnold Nalle,M.Si mengusung penelitian berjudul “Analisis Biaya Sumberdaya Domestik Berdasarkan Tipe Usaha Ternak Sapi Potong di Kawasan Hulu Daerah Aliran Sungai/DAS Benain-Noelmina, Timor Barat, Nusa tenggara Timur.” Ia merupakan Dosen Fakultas Peternakan Universitas Nusa Cendana (Undana) yang saat ini tercatat sebagai mahasiswa Pascasarjana Fapet UB angkatan 2012. Penelitian tersebut digunakan sebagai syarat tugas akhir disertasi yang diujikan secara terbuka, Rabu (25/1/2017). Bertempat di ruang sidang lt.6 Gd. V ini, turut hadir pula Rektor Undana, Prof. Ir. Fredrik L. Benu., M.Si., Ph.D sebagai penguji.
Agus menggunakan 120 responden dengan mempertimbangkan karakteristik sistem pemeliharaan dan strata pemilikan ternak sapi potong. Lokasi penelitian ialah desa-desa pada kawasan hulu DAS Benain-Noelmina yang ditetapkan secara purposive. Antara lain Bonleu, Fatuneno, Nenas, Nuapin, dan Tasinifu yang mewakili kelas lereng > 40%. Sedangkan wilayah yang berada pada lereng < 40% direpresentasikan pada desa Fatumnasi, Kuanoel, Noepesu, Tobu, Tune, dan Tutem.
Metode analisis data menggunakan Policy Analysis Matrix (PAM) untuk menghitung efisiensi usaha secara berturut-turut, keunggulan kompetitif, dan komparatif. Hasil penelitian menunjukan perubahan harga input faktor, seperti harga ternak sapi bakalan, pakan ternak, dan upah tenaga kerja yang meningkat sebesar 10% tidak mempengaruhi daya saing usaha ternak sapi potong rakyat. Sementara itu saat harga output meningkat setara dengan harga efisiensi, dapat meningkatkan daya saing ternak sapi potong di kawasan Hulu DAS Benain-Noelmina
Sehingga dapat disimpulkan bahwa usaha ternak sapi potong rakyat di kawasan hulu DAS Benain-Noelmina merupakan usaha yang efisien baik dari aspek financial maupun ekonomi, serta memiliki keunggulan komparatif dan kompetitif. (dta)
Berita Lainnya







