Provinsi Riau memiliki sapi lokal jenis Kuantan yang telah ditetapkan oleh pemerintah sebagai rumpun. Namun data Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (Distanak) Riau tahun 2012 menyebutkan bahwa sapi yang banyak dibudidayakan di daerah alirang Sungai Kuantan ini, memerlukan penanganan khusus karena jumlahnya yang semakin sedikit.
Menilik permasalahan tersebut Distanak sebagai organisasi perangkat daerah (OPD) yang bertanggung jawab dalam pelaksanaan pembangunan peternakan dan kesehatan hewan di Provinsi Riau, menggandeng Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya (Fapet UB) untuk mengembangkan peternakan. Kesepakatan tersebut tertuang dalam perjanjian kerjasama nomor 1804/UN10.F05/KS/2018.
Bertempat di ruang meeting dekanat lt.8 surat kesepakatan ditandatangani oleh Prof. Suyadi selaku Dekan Fapet dan Drh. Askardiya R. Patrianov, MP sebagai ketua Distanak Riau, Jumat (14/9/2018).
Ruang lingkup kerjasama yang akan dijalin selama lima tahun ini antara lain pengkajian potensi pengembangan bidang peternakan di provinsi Riau, pengkajian dan penerapan teknologi terutama pengembangan penggunaan semen cair, peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) melalui pendidikan, pelatihan, dan pendampingan, serta monitoring dan evaluasi secara berkala.
Beberapa waktu lalu tim pusat studi ternak pedaging Fapet UB telah melakukan hilirisasi hasil penelitian Inseminasi Buatan (IB) menggunakan semen cair (Liquid semen) di Distanak Riau. Tim yang diketuai oleh Prof. Trinil Susilawati ini juga melakukan transfer teknologi pada staf Distanak mengenai prosesing penyimpanan semen cair. (dta)
Berita Lainnya







