Dewasa ini permintaan pasar akan daging sapi semakin meningkat namun tidak diimbangi dengan peningkatan produktivitas dan populasi sapi potong. Oleh sebab itu perkembangan industri sapi potong di Indonesia masih pasang surut.
Menilik isu tersebut dosen Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya (Fapet UB) yang tergabung dalam Pusat Studi Ternak Pedaging melakukan penelitian. Pusat studi yang diketuai oleh Prof. Trinil ini telah menemukan titik permasalahan dan solusi untuk meningkatkan industri sapi potong.
Hasil penelitian tersebut disampaikan melalui seminar prospek bisnis sapi potong, Jumat (27/07/2018). Kegiatan yang dilaksanakan di auditorium lt.8 Gd. V ini mengundang narasumber Ir. Didiek Purwanto selaku Direktur PT. Karunia Alam Sentosa Abadi (PT. KASA), Lampung dan Ir. Hermanto, MP Dosen Fapet UB sekaligus konsultan PT. Santori.
Didiek Purwanto mengatakan ada beberapa faktor yang mempengaruhi lambatnya pertumbuhan ternak sapi potong di Indonesia. Antara lain kecenderungan peternak lokal yang masih menggunakan pola tabungan dimana ternak akan dijual apabila membutuhkan biaya, program pemerintah belum berorentasi jangka panjang, konsumsi daging masyarakat Indonesia yang rendah apabila dibandingkan dengan negara Asia lainnya, konsumen lebih memilih daging segar dibandingkan daging olahan, serta penyebaran dan populasi sapi potong yang tidak merata.
Sementara itu Hermanto menyampaikan solusi dalam menghadapi permasalahan tersebut, yakni melalui pola kemitraan agar bisa membagi potongan fase untuk dikerjakan oleh pihak-pihak yang berkompeten. Pola kemitraan melibatkan perusahaan penggemuk sapi potong (feedloter), plasma (peternak), lembaga keuangan (bank), pendamping, dan asuransi ternak.
Alur kemitraan ini berawal dari pihak feedloter yang meminjami ternak induk bunting usia tujuh bulan kepada peternak. Peminjaman ini sampai ternak beranak hingga empat bulan seterlah beranak. Lalu ternak yang dilahirkan (usia 16-17 bulan) dijual kepada feedloter.
Dalam merawat induk ternak bunting hingga membesarkan anak-anak ternak, peternak membutuhkan pendampingan praktisi ternak untuk memperoleh ternak yang lebih produktif baik secara performance maupun kualitas. Selanjutnya perputaran uang melalui pihak Bank sedangkan ternak yang mati ditanggung oleh pihak asuransi. (dta)
Berita Lainnya







