Eko Nugroho, dosen Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya menghadiri acara Teachers Day 2018 yang diselenggarakan oleh bagian akademik (Education Support) Wageningen University and Research Centre (WUR), Belanda, Selasa (11/12/2018. Teachers day atau hari guru ini merupakan event tahunan yang diselenggarakan oleh WUR untuk menampilkan berbagai inovasi terbaik di bidang pendidikan khususnya inovasi model-model pembelajaran yang diimplementasikan di lingkungan WUR. Teachers day ini sekaligus digunakan sebagai ajang pemberian penghargaan the best teacher di WUR tahun 2018.
Eko yang juga kandidat doktor pada program ekonomi pertanian dan kebijakan perdesaan di WUR ini meluangkan waktunya untuk mempelajari berbagai inovasi metode pembelajaran yang diterapkan. Ada banyak inovasi pembelajaran yang dipresentasikan oleh masing-masing peserta, dan beberapa diantaranya yakni: alat Virtual reality (VR) dan Augmented reality (AR) untuk menghadirkan foodscape dan ekosistem lahan pertanian/peternakan secara 3 dimensi ke dalam ruang kelas, inovasi metode pembelajaran untuk menyeimbangkan proses pembelajaran online dan tatap muka, serta metode pembelajaran yang cocok untuk mahasiwa generasi milenia yang tentunya berbeda dengan metode pembelajaran di era 80-90an.
Eko menceritakan salah satu inovasi menarik lainnya disajikan oleh Jerry Maroulis dari Soil Department yang berjudul “Mad as a cut snake: Exploring how examinations can be used to generate learning”. Metode ini berupaya merubah konsep baku bahwa ujian sebagai alat untuk mengevaluasi (tool for testing) kemampuan mahasiswa dalam memahami materi menjadi alat untuk mempelajari materi tersebut (tool for learning).
Untuk mengevaluasi metode ini, Jerry melakukan penelitian selama dua tahun terhadap 2 kelompok mahasiswa yang berbeda dengan membandingkan efek dari metode ujian secara konvensional dan metode ujian yang melibatkan mahasiswa. Kelompok mahasiswa pertama mengerjakan soal ujian yang 100% dibuat oleh dosen pengajar, sedangkan kelompok kedua adalah mahasiswa yang mengerjakan soal ujian yang komposisinya 80:20, yakni 80 persen soal usulan dari mahasiswa dan 20 persen sisanya dibuat oleh dosen pengajar. Soal yang diusulkan oleh mahasiswa tentunya sudah dipilih terlebih dahulu dari puluhan soal yang diajukan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 100 mahasiswa pada kelompok pertama memperoleh nilai rata-rata 6,4 (skala 1-10), sedangkan kelompok mahasiswa kedua memperoleh nilai rata-rata 7,4. Menurut Jerry, hasil ujian bukanlah satu-satunya faktor yang dinilai pada penelitian tersebut, namun faktor lain seperti psikologis dan kepuasan mahasiswa terhadap proses pembelajaran menjadi lebih penting. 72 persen mahasiswa yang tergabung pada kelompok kedua mengakui bahwa proses pelibatan mahasiswa dalam menyusun soal ujian sangat efektif untuk membangkitkan semangat belajar. Selain itu, mahasiswa lebih termotivasi untuk belajar lebih giat lagi dan tentu saja mengurangi tingkat stress yang sering muncul saat menghadapi ujian. Dosen juga terbantu dalam mempersiapkan materi ujian. (EN).
Foto: Windi Alzahra
Berita Lainnya







